Powered By Blogger

Minggu, 10 April 2011

Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Normal dan Komplikasi

Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Normal dan Komplikasi
Definisi dan tujuan Nifas normal
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2006 : 122)
            Tujuan asuhan keperawatan masa nifas adalah :
-       Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
-       Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
-       Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
-       Memberikan pelayanan keluarga berencana.

Pembagian Masa Post Partum (Nifas)
Menurut referensi dari Prawirohardjo (2009:238), pembagian nifas di bagi 3 bagian, yaitu :
1. Puerperium Dini
  • Yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermedial
  • Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote Puerperium            
  • Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu, bulan atau tahunan.
Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Selama Post Partum (Nifas)
1. Uterus
  • Involusi uterus melibatkan peng-reorganisasian dan pengguguran decidua atau endometrium serta pengelupasan situs placenta sebagaimana diperlihatkan (Varney, 2004:252).
  • Segera setelah kelahiran bayi, placenta dan membran, beratnya adalah kira-kira 1100 gram dengan panjang kira-kira 15 cm, lebar 12 cm, serta 8 sampai 10 cm tebalnya. Ukuran itu adalah kira-kira dua atau tiga kali ukuran uterus non hamil, multipara. 
  • Uterus berkurang beratnya sampai menjadi kira-kira 500 gram pada akhir minggu pertama post partum, 300 gram sampai 350 gram pada akhir minggu kedua, 100 gram pada akhir minggu keenam, dan mencapai berat biasa non hamil 70 gram pada akhir minggu kedelapan post partum. 
  • Segera setelah kelahiran, bagian puncak dari fundus akan berada kira-kira dua pertiga sampai tiga perempat tingginya diantara shympisis pubis dan umbilicus. 
  • Fundus ini kemudian akan naik ketingkat umbilicus dalam tempo beberapa jam. Ia akan tetap berada pada kira-kira setinggi (atau satu jari lebarnya di bawah) umbilicus selama satu, dua hari dan kemudian secara berangsur-angsur turun ke pinggul, kemudian menjadi tidak dapat dipalpasi lagi bila di atas symhisis pubis setelah hari ke sepuluh (Varney, 2004:252).
2. Involusi tempat plasenta
  • Ekstrusi lengkap tempat plasenta perlu waktu sampai 6 minggu. 
  • Proses ini mempunyai kepentingan klinik yang amat besar, karena kalau proses ini terganggu, mungkin terjadi pendarahan nifas yang lama. Segera setelah kelahiran, tempat plasenta kira-kira berukuran sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu kedua, diameternya 3 sampai 4 cm. 
  • Segera setelah berakhirnya persalinan, tempat plasenta normalnya terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombosis yang selanjutnya mengalami organisasi trombus secara khusus.
3. Pembuluh darah uterus
  • Di dalam uterus sebagian besar pembuluh darah mengalami obliterasi dengan perubahan hialain, dan pembuluh yang lebih kecil tumbuh ditempat mereka. 
  • Reasorbsi residu yang mengalami hialinisasi diselesaikan dengan proses yang serupa dengan yang di temukan di ovarium setelah ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Tetapi sisa-sisa kecil tetap ada selama bertahun-tahun, yang dibawah mikroskop memberikan cara untuk membedakan antara uterus wanita multipara dan nullipara.
4. Lochia
  • Lochia adalah nama yang diberikan pada pengeluaran dari uterus yang terlepas melalui vagina selama masa nifas (Varney, 2004:253).
  • Pengeluaran Lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut :
1. Lokia lubra (merah) Seminggu pertama masa nifas darah yang keluar biasanya berupa darah segar berwarna merah bersamaan dengan jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium (kotoran bayi saat dalam kandungan). Lokia lubra mengandung banyak kuman.
2. Lokia sanguelenta Satu sampai dua minggu berikutnya darah yang keluar berwarna merah dan berlendir yang disebut lokia sanguelenta.
3. Lokia serosa Dua minggu berikutnya, cairan yang keluar berwarna kekuningan. Kandungannya sekarang berupa jaringan serosa atau sisa-sisa pengaruh hormon dan lainnya.
4. Lokia alba Selanjutnya cairan yang keluar sudah berwarna putih biasa dan bening. Ini normal dan tandanya sudah memasuki tahap pemulihan. Keempat tahapan tersebut memakan waktu berkisar 6 minggu. Kecuali bila terjadi infeksi.
5. Vagina dan Perineum
  • Segera setelah persalinan, vagina dalam keadaan menegang dengan disertai adanya edema dan memar, dengan keadaan masih terbuka. 
  • Dalam satu atau dua hari edema vagina akan berkurang. Dinding vagina akan kembali halus, dengan ukuran yang lebih luas dari biasanya. 
  • Ukurannya akan mengecil dengan terbentuk kembalinya rugae, pada 3 minggu setelah persalinan. Vagina tersebut akan berukuran sedikit lebih besar dari ukuran vagina sebelum melahirkan pertama kali. Meskipun demikian latihan untuk mengencangkan otot perineum akan memulihkan tonusnya (Varney, 2004:254).

6. Payudara
  • Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil, (estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin, kortisol, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormon-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak.
7. Perubahan Sistem Ginjal
  • Pelvis ginjal dan ureter yang berdilatasi selama kehamilan, kembali normal pada akhir minggu setelah melahirkan. 
  • Segera setelah melahirkan kandung kemih tampak bengkak, sedikit terbendung, dapat hipotonik, dimana hal ini dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tidak sempurna dan adanya sisa urin yang berlebihan kecuali bila diambil langkah-langkah yang mempengaruhi ibu untuk melakukan buang air kecil secara teratur meskipun pada saat wanita itu tidak mempunyai keinginan untuk buang air kecil. Efek dari trauma selama persalinan pada kandung kemih dan ureter akan menghilang dalam 24 jam pertama setelah melahirkan (Varney, 2004:255).
8. Dinding Abdomen
  • Strie abdominal tidak bisa dilenyapkan sama sekali akan tetapi mereka bisa berubah menjadi garis-garis yang halus berwarna putih perak (Varney, 2004:255).
  • Ketika miometrium berkontraksi dan berektrasi setelah kelahiran dan beberapa hari sesudahnya, peritonium yang membungkus sebagian besar uterus dibentuk menjadi lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendor daripada kondisi tidak hamil, dan mereka memerlukan waktu cukup lama untuk kembali dari peregangan dan pengendoran yang telah dialaminya selama kehamilan tersebut.
Asuhan masa nifas diperlukan dalm periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Masa neonates merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ini.

Program dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah – masalah yang terjadi.

Kunjungan
Waktu
Tujuan
1
6 – 8 jam setelah persalinan
·         Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri.
·         Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut.
·         Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
·         Pemberian ASI awal.
·         Melakukan hubungan anatara ibu dan bayi baru lahir.
·         Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
Jika petugas kesehata menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu da bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2
6 hari setelah persalinan
·         Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
·         Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
·         Memastikan ibu mendapatkan ckup makanan, cairan dan istirahat.
·         Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda – tanda penyulit.
·         Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehati – hari.
3
2 minggu setelah persalinan
Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan).
4
6 minggu setelah  persalinan
·         Menanyakan pada ibu tentang penyulit – penyulit yang ia atau bayi alami.
·         Memberikan konseling untuk KB secara dini.

PENILAIAN KLINIK
Anamnesis
Riwayat Ibu
Riwayat Sosial - Ekonomi
Riwayat Bayi
·         Nama, umur
·         Tanggal dan tempat lahir
·         Penolong
·         Jenis persalinan
·         Masalah – masalah selama persalinan
·         Nyeri
·         Menyusui atau tidak
·         Keluhan – keluhan saat ini, misalnya:kesedihan/depresi,pengeluaran pervaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara
·         Rencana masa dating:Kontrasepsi yang akan digunakan
·         Respon ibu dan keluarga terhadap bayi
·         Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu dirumah.
·         Para pembuat keputusan dirumah.
·         Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat.
·         Kepercayaan dan adat istiadat.
·         Menyusui
·         Keadaan tali pusat
·         Vaksinasi
·         Buang air kecil / besar

Pemeriksaan kondisi ibu
Umum
Payudara
Perut/uterus
Vulva/perineum
·         Suhu tubuh
·         Denyut nadi
·         Tekanan darah
·         Tanda-tanda anemia
·         Tanda-tanda edema/tromboflebitis
·         Reflek
·         Varises
·         CVAT (cortical vertebral area tenderness)
·         Putting susu: pecah, pendek, rata.
·         Nyeri tekan
·         Abses
·         Pembekaan/ASI terhenti
·         Pengeluaran ASI
·         Posisi uterus/tinggi fundus uteri
·         Kontraksi uterus
·         Ukuran kandung kemih
·         Pengeluaran lokhia
·         Penjahitan laserasi atau luka episiotomy
·         Pembengkakan
·         Luka
·         hemoroid

                  
Penanganan
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu
Tindakan
Deskripsi dan keterangan
Kebersihan diri
·         anjurkan kebersihan selirih tubuh
·         mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu,dari depan ke belakang.baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
·         Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik,dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
·         Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
·         Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau lesari,sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
Istirahat
·         Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
·         Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan,serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
·         Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
-Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
-Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
-Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
Latihan
·         Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal.ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
·         Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu,seperti:
-dengan tidur telentang dengan lengan disamping,menarik otot perut selagi menarik nafas,tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada:tahan satu hitungan sampai 5.rileks dan ulangi 10 kali.
-untuk memperkuet otot tonus vagina(latihan kegel)
·         Berdiri dengan tungkai dirapatkan.kencangkan otot-otot,pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitugan.kendurkan dan ulangi sebanyak 5 kali.
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.setiap minggu naukkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak.pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali


Gizi
      Ibu menyusui harus:
·         Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
·         Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,mineral dan vitamin yang cukup.
·         Minum sedikit 3 liter air setiap hari ( anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui )
·         Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 pasca bersalin.
·         Minum kapsul vitamin A ( 200.000 unit ) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya
Perawatan payudara
·         Menjaga payudara tetap bersih dan kering
·         Menggunakan BH yang menyokong payudara.
·         Apabila putting susu lecet oleskan kolestrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiep kali selesai menyusui.menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak lecet.
·         Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam.ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
·         Untuk menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
·         Apabila payudara bengkak akibat pambandungan ASI,lakukan:
-pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit
-urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir untukmengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting
-keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak
-susukan bayi setiap 2-3 jam sekali.apabila tidak dapat mengisap seluruh ASI keluarkan dengan tangan
-Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
-payudara dikeringkan
Hubungan perkawinan/rumah tangga
·         Secara fisik aman untukmemulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.begitu darah merah berhenti dan dia tidak merasakan ketidaknyamanan,aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saj ibu siap.
·         Banyak budaya,yang mempunyai tradisi menunda hubungan  suami istri sampai masa waktu tertentu,misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
Keluarga berencana
·         Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali,setiap setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.namun,petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
·         Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur ( ovulasi )sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki.oleh karena itu,metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru,risiko cara ini ialah 2% kehamilan.
·         Meskipun beberapa metode KB mengandung risiko,menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman,terutama apabila ibu sudah haid lagi
·         Sebelum menggunakan metode KB,hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu:
-bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya,
-kelebihan/keuntungannya,
-kekurangannya,
-efek samping,
-bagaimana menggunakan metode itu,
-kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pascasalin yang menyusui
·         Jika seorang ibu/pasangan telah memilih metode KB tertentu,ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam dua minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu/pasangan itu dan untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik.


Tindakan lazim yang tidak bermanfaat, bahkan dapat membahayakan.
Menghindari makanan berprotein seperti ikan dan telur
Ibu menyusui butuh tambahan kalori sebesar 500 per harinya
Penggunaan bebat perut segera pada masa masa nifas ( 2-4 jam pertama )
Selama 1 jam pertama,petugas perlu memeriksa fundus setiap 15 menit dan melakukan masase jika kontraksi tidak kuat;selama 1 jam kedua masa nifas petugas perlu memeriksa fundus setiap 30 menit dan melakukan masase jika kontraksi tidak kuat,penggunaan pembebat perut selama masa kritis membuat sulit bagi petugas kesehatan untuk menilai tonus dan posisi uterus,untuk melakukan masase uterus jika diperlukan dan memperkirakan banyak darah yang keluar

Penggunaan kantong es atau pasir untuk menjaga uterus berkontraksi
Meruoakan perawatan yang tidak efektif untuk atonia uteri.
Memisahkan bayi dari ibunya untuk masa yang lama pada 1 jam pertama setelah kelahiran
Masa transisi adalah masa mesa kritis untuk ikatan dan bagi bayi untuk memulai menyusu.bayi baru lahir pada 2 jam pertama setelah kelahiran merupakan masa penting siaga;setelah masa ini,ia bisa tidur.

Perawatan Dalam Post Partum (Nifas)
  • Pengawasan Kala IV, 1 jam pertama dari nifas meliputi pemeriksaan plasenta supaya tidak ada bagian-bagian plasenta yang tertinggal, pengawasan tingginya fundus uteri, pengawasan perdarahan dari vagina, pengawasan konsistensi rahim, pengawasan keadaan umum ibu.
  • Early ambulation, Kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan.
  • Karena lelah habis persalinan, ibu harus istirahat, tidur terlentang, selama 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosi dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah diperbolehkan pulang.
  • Mobilisasi tersebut bervariasi bergantung pada komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka. Kini perawatan perenium lebih aktif dengan dianjurkan “ Mobilisasi Dini ” (early mobilitation), perawatan ini mempunyai keuntungan:
  • Memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi nifas.
  • Mempercepat involusi alat kandungan.
  • Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.





Perubahan Psikologis Pada Ibu Nifas
Menerima peran sebagai orang tua adalah suatu proses terjadi dalam 3 tahap yang meliputi:
1. Fase Taking In
  • Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung hari 1-2 setelah melahirkan, pada saat itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.

2. Fase Taking Hold
  • Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam perawatan bayi, ibu menjadi sangat sensitif dan mudah tersinggung.
3. Fase Letting Go
  • Fase untuk menerima tanggung jawab akan peran yang berlangsung 10 hari, setelah melahirkan, sudah beradaptasi dengan bayinya.
(Fitramaya, 2008:124)

Selama masa nifas sangat penting menjaga kebersihan. Tanpa kebersihan yang memadai infeksi mudah terjadi. Itu pula yang menjadi alasan dilarangnya hubungan seksual semasa masa nifas, yaitu dikhawatirkan sisa-sisa kehamilan yang seharusnya keluar dari rahim kembali terbawa ke dalam dan akhirnya menimbulkan infeksi.
Infeksi nifas bahkan merupakan salah satu penyebab kematian ibu melahirkan. Namun dengan promosi kesehatan ibu nifas yang dilakukan secara terus-menerus serta kemajuan ilmu pengetahuan tentang infeksi dan pencegahannya, tingkat kematian ibu nifas ini dapat dikurangi.


Infeksi nifas umumnya disebabkan oleh:
  • Organisme (kuman) yang dalam keadaan normal memang sudah berada di dalam usus dan jalan lahir. Meskipun demikian, organisme (kuman) ini tidak mempengaruhi janin dalam rahim.
  • Peralatan yang tidak steril. Kuman penyebab infeksi dapat juga berasal dari sarung tangan atau alat-alat tidak steril yang dimasukkan ke dalam jalan lahir.
  • Kuman yang berasal dari hidung atau tenggorokan penolong persalinan (dokter, bidan, perawat). Ini sebabnya penolong persalinan harus mengenakan masker saat menolong persalinan.
  • Kondisi kesehatan ibu. Ibu dengan daya tahan tubuh yang kurang baik akan mudah terkena infeksi nifas. Misalnya ibu yang menderita anemia, pneumonia, penyakit jantung, pendarahan, dan pre-eklampsia (gejala keracunan kehamilan).
  • Proses persalinan yang lama, lebih-lebih yang didahului dengan pecahnya ketuban yang sudah berlangsung lama.
  • Luka yang timbul di mulut rahim, daerah vulva, vagina, serta perineum akibat proses persalinan. Luka seperti ini merupakan tempat yang sanagt disukai oleh kuman, terutama kuman dari jenis E.coli (dari saluran cerna) dan jenis anaerob (kuman yang tidak memerlukan oksigen untuk hidup).
  • Tertinggalnya plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah di dalam rahim.
Penanganan Umum Pada Infeksi Nifas
-       Antisipasi setiap kondisi yang dapat berlanjut menjadi penyulit / komplikasi dalam masa nifas.
-       Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
-       Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.
-       Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
-       Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala – gejala yang harus di waspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
-       Lakukan tindakan dan keperawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan.
-       Berikan hidrasi oral / IV secukupnya.
Promosi Kesehatan Ibu Nifas: Jaga Kondisi
Jika infeksi nifas sudah terlanjur terjadi, maka pengobatan oleh dokter merupakan hal yang mutlak dilakukan. Mengabaikan pengobatan infeksi nifas ini dapat berakibat fatal. Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh darah vena ke paru-paru, jantung atau otak. Selain itu juga dapat menyebar ke selaput perut (peritonium), saluran telur, serta indung telur.

Dokter akan menyarankan pengujian laboratorium  (getah vagina dan darah) agar dapat memilih antibiotika dan obat-obatan yang paling tepat untuk mengobatinya.

Promosi kesehatan ibu nifas dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi nifas. Promosi ini dilakukan sejak ibu masik hamil. Ibu hamil harus selalu diingatkan untuk:
  • Menjaga daya tahan tubuh
  • Memenuhi asupan gizi
  • Menghindari terjadinya anemia. Jika sudah terkena anemia, segera hubungi dokter untuk pengobatan.
  • Menjaga agar jangan sampai ketuban pecah sebelum waktunya. Jika ketiban sudah terlanjur pecah, segera hubungi penolong persalinan. Penolong persalinan akan menolong ibu agar dapat segera melahirkan.
Komplikasi – komplikasi yang akan muncul pada masa nifas

A.    Metritis
Metritis adala infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvic, peritonitis, syok septic, thrombosis vena dalam yang dalam, emboli pulmonal, inveksi pelvik yang menahun, dispareunia, penyumbatan tuba dan infertilitas.
-       Berikan tranfusi bila dibutuhkan. Berikan packed red cell.
-       Berikan antibiotika broadspektrum dalam dosis tinggi. Ampicilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap jam di tambah gentamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500nmg IV setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam.
-       Pertimbangkanpemberian antitetanus profilaksis.
-       Bila dicuragai adanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital atau dengan kuret yang lebar).
-       Bila ada pus lakukan drainase (kalau perlu kolpotomi), ibu dalam posisi Fowler.
-       Bila tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda peritonitis generalisata lakukan laparatomi dan keluarkan pus. Bila pada evaluasi uterus nekrotik dan septik lakukan histerektomi subtotal.
B.     Bendungan Payudara
Bendungan payudarah adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan overditensi dari saluran system laktasi.
            Bila ibu menyusui bayinya :
·         Susukan sesering mungkin
·         Kedua payudara disusukan
·         Kompres hangat payudara sebelum disusukan
·         Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
·         Sangga payudara
·         Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui
·         Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
·         Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya
Bila ibu tidak menyusui :
·         Sangga payudara.
·         Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkaan dan rasa sakit.
·         Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
·         Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
C.     Infeksi Payudara
 Infeksi payudara sesudah persalinan
Mastitis
Payudara tegang / indurasi dan kemerahan
·         Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang.
·         Sangga payudara
·         Kompres dingin
·         Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
·         Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus
·         Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
Abses payudara
Terdapat masa padat,mengeras dibawah kulit yang kemerahan
·         Diperlukan anastesi umum (ketamin)
·         Insisi radial dari tengah dekat pinggir areola,kepinggir supaya tidak memotong saluran ASI
·         Pecahkan kantong pus dengan tissue forceps atau jari tangan
·         Pasang tampon dan draine
·         Tampon dan drain diagkat setelah 24 jam
·         Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
·         Sangga payudara.
·         Kompres dingin
·         Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan.
·         Ibu didorong tetap memberikan ASI walau ada pus.
·         Lakukan follow up setelah pemberian pengobatan selam 3 hari.
D.    Abses Pelvis
·         Bila pelvic abses ada tanda cairan fluktuasi pada daerah cul – de – sac, lakukan kolpotomi atau dengan laparatomi. Ibu posisi fowler.
·         Berikan antibiotika broadspektrum dalam dosis yang tinggi. Ampisilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam.
E.     Peritonitis
·         Lakukan nasogastric suction
·         Berikan infuse (NaCl atau Ringer Laktat).
·         Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam, ampisilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
·         Laparatomi diperlukan untuk pembersihan perut (peritoneal lavage).
F.      Infeksi Luka Perineal Dan Luka Abdominal
Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi yang kurang baik.
·         Bedakan antara wound abcess, wound seroma, wound hematoma dan wound cellulitis. Wound abcess, wound seroma dan wound hematoma suatu pengerasan yang tidak biasa dengan mengeluarkan cairan serurosa atau kemerahan dan tidak ada sedikit erithema sekitar luka insisi. Wound cellulitis didapatkan eritema dan edema meluas mulai dari tempat insisi melebar.
·         Bila didapat pus dan cairan pada luka, buka dan lakukan pengeluaran.
·         Daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan dilakukan debridemen.
·         Bila infeksi sedikit tidak perlu antibiotika.
·         Bila infeksi relative superficial, berikan ampisilin 500 mg per oral setiap 6 jam dan metronidazol 500 mg per oral 3 kali/hari selama 5 hari.
·         Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan nekrosis, beri penisilin G 2 juta U IV setiap 4 jam (atau ampisilin inj 1 g 4x/hari) ditambah dengan gentamisin 5 mg/kg berat badan perhari IV sekali ditambah dengan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam, sampai bebas panas selama 24 jam. Bila ada jaringan nekrotik harus dibuang. Lakukan jahitan sekunder 2 – 4 minggu setelah infeksi membaik.
·         Berikan nasehat kebersihan dan pemakaian pembalut yang bersih dan sering diganti.
G.    Tromboflebitis Dan Pelviotromboflebitis
Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan cabang – cabangnya sehingga terjadi tromboflebitis.
Klasifikasi
·         Pelviotromboflebitis
Pelviotromboflebitis mengenai vena – vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterine dan vena hipogastrika. Vena yang paling sering terkena ialah vena ovarika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak di bagian atas uterus, proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena renalis. Peritoneum, yang menutupi vena ovarika dekstra, mengalami inflamasi dan akan menyebabkan perisalpingo – ooforitis dan periapendisitis. Perluasan infeksi dari vena uterine ialah ke vena iliaka komunis.
·         Tromboflebitis femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena – vena pada tungkai, misalnya vena femoralis, vena poplitea dan vena safena.


                                                       





BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2006 : 122)
Selama masa nifas sangat penting menjaga kebersihan. Tanpa kebersihan yang memadai infeksi mudah terjadi. Itu pula yang menjadi alasan dilarangnya hubungan seksual semasa masa nifas, yaitu dikhawatirkan sisa-sisa kehamilan yang seharusnya keluar dari rahim kembali terbawa ke dalam dan akhirnya menimbulkan infeksi.













DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo sarwono, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: YBPSP:2006
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/03/09455128/Tahapan.Dalam.Masa.Nifas
http://www.anneahira.com/promosi-kesehatan-ibu-nifas.htm